IJAZAH DAN KULIAH SUDAH TIDAK RELEVAN⁉️
By Gembul Shorts
Summary
Topics Covered
- Ijazah Tak Jamin Bertahan Hidup
- Saran Orang Tua Jadi Perintah
- AI Gantikan Pekerjaan Aman Cepat
- Jual Sekop Bukan Cari Emas
- Kuliah Asah Pikir Bukan Ambil Ijazah
Full Transcript
kuliah harus enggak? Tanpa kuliah dia sebenarnya udah kaya. Aset itu di sini, bukan di ijazah.
Kalian punya ijazah S1, kesempatan kalian untuk bisa bertahan hidup lebih kecil daripada generasi Bapak ini lulusan SD dan bertani. Kalian
akan mengetawi gaji dosen-dosen karena kalian punya penghasilan jauh lebih besar daripada itu. Sanggup nanti di masa depan mentertawakan gaji Bapak.
tadi dikatakan bahwa kalau mau ee sukses itu artinya harus punya perencanaan.
Iya.
Tapi perencanaan itu kan tentu harus ada pembelajaran.
Nah, iya.
Apakah salah kalau tadi ada saran orang tua he yang berkecimpung di sana gitu?
Orang orang tua memberi saran tuh sama sekali enggak salah. Siapapun memberi
saran kepada kita tuh enggak ada yang salah. Yang salah itu adalah kita
salah. Yang salah itu adalah kita ketergantungan pada saran itu. Itu
menjadi satu-satunya opsi seperti yang tadi itu. Nanti kamu jadi ini aja ya
tadi itu. Nanti kamu jadi ini aja ya titik di situ. Itu kan sebenarnya bukan saran. Itu adalah perintah. Nah, pada
saran. Itu adalah perintah. Nah, pada
bagian itu kita harus mengkritisi, harus skeptis terhadap hasilnya. Karena
biasanya orang tua itu sayang banget sama kita biasanya. Dan karena sayang banget sama kita, mereka tuh biasanya menghendaki agar kita tuh masuk zona
aman, zona nyaman. Misalkan saya mohon maaf ya, bukan berarti jelek. Sekali
lagi enggak ada yang jelek. Cuman dalam
hal ini kalau jadi PNS itu kita masuk zona nyaman. Kerja enggak kerja dapat
zona nyaman. Kerja enggak kerja dapat gaji. Terlambat enggak terlambat enggak
gaji. Terlambat enggak terlambat enggak akan ditegur pada umumnya. Nah, kita
dapat tunjangan, kita dapat penghasilan, dan kita dapat pensiunan. Plus
sertifikat kita bisa dijual atau digadaikan untuk ee nyicil rumah. Nah,
itu zona nyaman. Orang tua kita itu kebanyakan yang dari generasi yang lampau itu kebanyakan menginginkan kita masuk zona nyaman. Sedangkan ekonomi di
dunia modern dan postmerodern itu tidak menyarankan kita masuk ekonomi nyaman. Karena zaman terlalu cepat
nyaman. Karena zaman terlalu cepat berubah. Please, ini asli zaman terlalu
berubah. Please, ini asli zaman terlalu cepat berubah. Dulu ada orang yang punya
cepat berubah. Dulu ada orang yang punya penghasilan sekitar R juta per bulan hanya dari tukang cukur.
Dulu ada orang yang punya penghasilan R00 juta dari akuntan.
Nanti akuntan kalau AI-nya sudah jalan kepakai enggak? kayaknya kira-kira kalau
kepakai enggak? kayaknya kira-kira kalau AI itu bisa jadi akuntan yang 100% akurat, enggak usah ribet ke sana ke
sini dan dia bisa kerja 24 jam tanpa digaji. Nanti kalau ada perusahaan
digaji. Nanti kalau ada perusahaan milih akuntan orang atau akuntan AI.
Di Australia kemarin ada skandal ngeri, Pak.
Ada em projek besar pesanan pemerintah dikerjainnya pakai AI dan lulus.
Itu project jutaan dolar.
Kalau pakai AI itu bisa mangkas seperempat harganya karena enggak ada orang yang dilibatkan, enggak ada orang yang butuh pesangon, enggak ada orang yang butuh THR.
Nah, di masa depan pesaing kalian tuh itu.
Nah, makanya zaman tuh berubahnya terlalu cepat, Pak. Di zaman sekarang tuh kalian tuh dikutuk oleh zaman sekarang. Kalian tuh salah hidup
sekarang. Kalian tuh salah hidup generasi. Coba generasinya generasi
generasi. Coba generasinya generasi terdahulu. Kalian bisa lebih generasi
terdahulu. Kalian bisa lebih generasi terdahulu, Bu. Generasi Bapak dan Ayah
terdahulu, Bu. Generasi Bapak dan Ayah Bapak, Ibu Bapak.
Termasuk Kang Guru.
Ya, termasuk saya.
Generasi kita tuh, Pak, kalau kita enggak punya duit, kita tuh balik ke kampung cukup ada tempat makan, minum, dan bisa bikin rumah.
Setuju.
Coba zaman kalian nanti kalian punya ijazah S1, kesempatan kalian untuk bisa bertahan hidup lebih kecil daripada generasi
Bapak ini lulusan SD dan bertani.
Nah, makanya mulai dari sekarang ini saya bukan nakut-nakutin, ini bukan nakut-nakutin, ini fakta. Jadi, kalau
kalian sekarang ngerasa bahwa kalian punya rumah nanti jauh lebih sulit, itu juga adalah fakta.
Jadi, gimana solusinya? Solusinya mulai
dari sekarang kalian sadari, rencanakan, dan jangan sangat tergantung pada pihak yang lebih tua. Jangan tergantung pada saran dari pihak yang lebih tua. Begitu.
Oke. Tapi gini, saya mencoba untuk mengembangkan nih, Kang Guru tadi ee jangan terlalu ee bergantungan dengan saran dari yang lebih tua.
Nah, nanti dibilangnya kurang ajar, nanti dibilangnya ngelawan orang tua.
Ah, gimana tuh?
Orang tua yang tidak mau peduli pada anaknya adalah orang tua yang kurang ajar.
Maksud saya gini nih, Pak.
Siap.
Apa perbedaan antara moral moralitas moralitas yang tinggi dengan moralitas feudal? Moralitas yang tinggi itu adalah
feudal? Moralitas yang tinggi itu adalah adanya kesetaraan untuk setiap orang.
Sedangkan moralitas feudal itu biasanya hanya berpihak pada satu pihak saja.
Jadi misal gini, "Saya cium tangan ke Bapak karena Bapak lebih tua." Itu
feudal.
Saya ngobrol kalau ke Bapak harus sopan, sedangkan Bapak ke saya ngomong seenaknya.
Itu itu feudal. Kan? Ada kan yang kalau ke orang tua harus gini. Hm. Sedangkan
orang tuanya enggak kayak gitu. Itu
salah. Kalau saya saya muslim, saya mohon maaf ya, bawa-bawa agama sedikit enggak apa-apa. Dalam Islam,
enggak apa-apa. Dalam Islam, kewajiban orang tua kepada anak tuh lebih ditekankan daripada anak kepada orang tua. Tapi luar biasanya sekarang
orang tua. Tapi luar biasanya sekarang kita tuh didoktrin anak harus patuh pada orang tua, anak harus begini begini begini. Padahal dalam Islam, orang tua
begini. Padahal dalam Islam, orang tua yang harus mikir gimana cara agar anaknya tuh bagus, sukses.
Dalam Al-Qur'an misalkan ada doa, doa ee doa kepada orang tua isinya apa? Ya
Tuhan sayangilah kedua orang tua saya seperti mereka mengasihi saya waktu kecil. Artinya apa?
kecil. Artinya apa?
Kita dituntut. Dituntut,
dituntut itu ketika kita sudah besar.
Makanya di situ ada kata-kata seperti mengasihi saya sewaktu kecil berarti saya sudah tidak kecil lagi gitu kan. Nah, jadi kita tuh udah yang
gitu kan. Nah, jadi kita tuh udah yang dikasih beban itu bukan orang yang bawah. Yang dikasih beban itu adalah
bawah. Yang dikasih beban itu adalah orang yang sudah dewasa. Jadi beban anak kecil itu harus nurut sama orang tua.
Enggak bisa. Yang harus itu adalah orang tua yang harus mendidik anaknya.
Itu bukan feudal. Makanya kita bisa menemukan karakteristik negara maju itu adalah negara yang setara. Mau orang
tua, mau anaknya, orang tua bisa ngasih nasihat kepada anaknya, anaknya bisa nasehhatin kepada orang tuanya. Bisa.
Iya kan? Apalagi di zaman sekarang. Nah,
ini ini contohnya masalah kecilnya gini nih, Pak. 500 tahun yang lalu ada
nih, Pak. 500 tahun yang lalu ada seorang bapak-bapak yang tukang bikin roda, roda pedati. Bikin roda pedati.
Lalu dia ngajarin kepada anaknya, "Nak, bikin roda pedati itu gini, relevan enggak?" Relevan. Kenapa? Karena
relevan enggak?" Relevan. Kenapa? Karena
roda pedati itu teknologinya bertahan sampai 1000 tahun ke depan. Coba lihat
sejarah roda pedati. Dari sejak zaman Mesir kuno sampai zaman Romawi, sampai zaman Persia itu terentang 2000 tahun, itu teknologinya sama, cara
penggunaannya sama. Jadi orang tua
penggunaannya sama. Jadi orang tua ngajarin ke anak relevan.
Tapi di zaman sekarang, di zaman sekarang itu banyak di antara apa yang kita nasehatkan kepada generasi berikutnya itu tidak relevan karena
tantangan zamannya berubah.
Waktu waktu generasi saya, generasi saya, bapak saya tuh marah-marah sama saya. Kamu tuh kenapa sih tidak tahu
saya. Kamu tuh kenapa sih tidak tahu makanan beracun dan tidak beracun?
Ternyata bapak saya tuh kalau disimpan di hutan dia survive.
Dia tahu bau macan tuh kayak gimana.
Jadi harus menghindarnya ke mana. Dia
tahu tanaman obat kayak gimana. Dia tahu
hewan apa yang beracun dan tidak beracun. Kalau menghadapi ular kayak
beracun. Kalau menghadapi ular kayak gimana. Ketika ditanya ke saya, saya
gimana. Ketika ditanya ke saya, saya enggak ngerti itu semua. Coba kalau kamu hidup di hutan terus kamu kedinginan, menggigil, kabut turun, hujan kehujanan, apa yang harus dilakukan? Saya enggak
tahu jawabannya dimarahin.
Tapi pertanyaan saya adalah zaman saya berubah, saya tidak tinggal di hutan.
Ilmu pengetahuan yang saya butuhkan adalah ilmu survive di kota, bukan survive di desa. Nah, jadi kalau misalkan kita ketergantungan, sekali
lagi ya, ketergantungan pada generasi sebelum kita itu bisa aja itu akan menghambat kreativitas kita. Bisa. Nah,
maka dari itu kita fokus pada perencanaan hidup kita. Kenali diri kita sendiri dan kemudian kita jago beradaptasi terhadap perkembangan zaman.
Siapa di sini coba? Tolong acungkan
tangan. Siapa yang di masa depan mau bisnis makanan, buka kafe?
Enggak ada.
Enggak ada.
Enggak ada. Enggak ada. Beneran di sini enggak ada. Ada satu orang. Ada satu
enggak ada. Ada satu orang. Ada satu
orang. 3 tahun yang lalu bisnis kafe, bikin makanan dan sebagainya membeludak di Indonesia. Tapi dari mereka semua itu
di Indonesia. Tapi dari mereka semua itu 97% gagal di tahun pertama eh di tahun ketiga.
Kenapa bisa seperti itu? Karena pas lagi hype semua melakukan hal yang sama, akhirnya bersaing, pangsa pasar menjadi surut habis.
Nah, dulu itu direkomendasikan sama pakar-pakar. Karena orang Indonesia kan
pakar-pakar. Karena orang Indonesia kan konsumtif. Orang Indonesia tuh senang
konsumtif. Orang Indonesia tuh senang makan dan makannya tuh senang yang rasanya tuh kuat. Maka kita
lomba-lombaan bikin rasa, bikin apa dan sebagainya. Tapi setelah itu sebagian
sebagainya. Tapi setelah itu sebagian besar darinya habis. Kemudian ada lagi saran berikutnya. Sarannya
saran berikutnya. Sarannya ini saran berikutnya ya. Ini bukan dari generasi terdahulu, dari generasi zaman sekarang. sarannya kalau mau bikin
sekarang. sarannya kalau mau bikin makanan, bikin tempat makan, bikin kafe misalkan ya, sekarang tuh undang influencer
karena dengan mengundang influencer itu cepat naiknya, cepat hype-nya. Benar
enggak? Ternyata sekarang terbukti salah lagi. Hanya itu, Pak, hanya dalam waktu
lagi. Hanya itu, Pak, hanya dalam waktu 2 tahun sebuah rekomendasi itu awalnya benar langsung salah. Ternyata sekarang zaman
langsung salah. Ternyata sekarang zaman sekarang itu ketika kita pakai influencer dan langsung cepat viral, langsung cepat ketahuan bahwa makanan
kita tuh enggak enak.
Coba kalau misalkan saya, saya buka kafe kemudian saya enggak pakai influencer, orang datang secara organik. Dari situ
saya tuh bisa melatih karyawan saya supaya apa? prepare dulu sedikit demi
supaya apa? prepare dulu sedikit demi sedikit gini-gini ada komplain ada apa dan sebagainya oke itu dievaluasi dan sebagainya udah. Nah nanti misalkan 10
sebagainya udah. Nah nanti misalkan 10 pembeli pertama enggak puas tapi pangsa pasar saya ribuan. Sedangkan
kalau pakai influencer di hari pertama di minggu pertama langsung 1000 orang yang datang. 1000 yang kecewa 1000
yang datang. 1000 yang kecewa 1000 enggak akan balik lagi. Keviralan
membantai usaha.
Nah, maksud saya adalah dulu 2 tahun yang lalu orang merekomendasikan kalau buka kafe pakai influencer sebagai
pemasar. Enggak usah pakai sewa ee
pemasar. Enggak usah pakai sewa ee marketing, enggak usah influencer aja datangin ke sana. Itu 2 tahun yang lalu.
Sekarang pakai cara itu bangkrut dalam waktu 3 bulan ya. Iya kan? Pas kita awal buka usaha
ya. Iya kan? Pas kita awal buka usaha itu kan pasti banyak yang harus dievaluasi kan. Justru pas itu ee
dievaluasi kan. Justru pas itu ee pengunjung banyak gitu. Nah, maksud saya adalah sekali lagi jangankan nasehat dan saran dari generasi 30 tahun yang lalu,
saran dari orang 2 tahun yang lalu pun itu belum tentu berhasil.
Itulah ribetnya bisnis di zaman sekarang.
Itulah susahnya di zaman sekarang.
Makanya sekarang prepare-nya adalah mentalitas pengetahuan persiapan dan kemampuan beradaptasi. Saya mengulang
kemampuan beradaptasi. Saya mengulang ulang itu.
Oke. Baik. Kalau ee tadi Kang Guru bilang seperti itu, saya teringat di beberapa tahun yang lalu gitu ya. Di
saya lupa di tahun berapa gitu ya. Ada
dulu FOMO kalau mau cepat kaya buru-buru nanam saham.
Oh iya ikut Bitcoin gitu. Nah, cuman kan kita tahu ya, Kang Guru bahwa ee di zaman Indonesia sekarang ini mungkin kalau di zaman kita dulu beda kali ya, di zaman
sekarang gitu ya.
Apapun yang viral buru-buru diikutin.
Apapun yang ee bisa menghasilkan uang cepat itu pasti diikutin ya.
Nah, gimana nih buat teman-teman Genz nih kan tadi kalau dibilangnya kita harus bisa beradaptasi gitu dong. Nah, tapi kan beradaptasinya
gitu dong. Nah, tapi kan beradaptasinya ini terkadang bisa salah adaptasi. Iya.
Gimana tuh?
Oke, gini nih. Ini misalkan ya, misalkan Timoti Ronald itu punya penghasilan eh punya kekayaan 1,3 triliun di usia 24
tahun.
Tajir kan?
Gara-gara apa? Bitcoin.
Betul. Salah.
Timoti Ronald itu seandainya dia bisnisnya adalah bisnis sedotan seperti klaim dia, dia tetap dapat penghasilan 1,3T.
Jadi yang menyebabkan dia kaya itu sebenarnya bukan Bitcoin-nya. Yang
menyebabkan kaya emang mentalitasnya yang begitu gitu. Coba di sini ada yang coba Bitcoin tetap aja belum tentu jago.
Karena dia tuh bacanya tuh habis-habisan. lihat grafik pasar tuh
habis-habisan. lihat grafik pasar tuh setiap hari, setiap detik, setiap menit dicek, kemudian dia kerjanya itu gila-gilaan dan lain sebagainya. Jadi
yang membuat dia sukses itu bukan Bitcoin-nya. Ada di luar sana tuh yang
Bitcoin-nya. Ada di luar sana tuh yang jago misalkan saham kemudian kita ikutin. Bukan. Yang bikin dia sukses tuh
ikutin. Bukan. Yang bikin dia sukses tuh bukan dia main saham, tapi mentalnya.
Kalau misal kalau ini ini saran sederhana kan tadi gimana kalau kita salah adaptasi dulu tuh ada kejadian gini teman-teman perhatikan baik-baik dulu tuh ada kejadian gini waktu e demam
emas di Amerika Serikat dulu kan ada ya Eldorado apa segala rup ada isu di Amerika Serikat banyak sekali emas
saya dapat sekilo, saya dapat 2 kilo.
Pulang ke Eropa tuh kaya raya. Akhirnya
apa? FOMO-
berdatangan ke Amerika Serikat.
Tapi uniknya apa? Yang paling kaya, yang paling sukses di Amerika Serikat ternyata bukan penambang emas, tapi apa?
Penjual sekop.
Kenapa penjual emas itu belum tentu dapat?
Karena itu spekulatif.
Yang pasti itu apa? Yang pasti adalah ada populasi dalam skala besar datang ke Amerika Serikat. nyari emas yang mereka
Amerika Serikat. nyari emas yang mereka butuhkan untuk nabang emas adalah skop.
Maka yang dibutuhkan adalah skop. Nah,
jadi kayak kayak Timoti Ronald tuh kaya tuh bukan gara-gara Bitcoin. Dia kaya
karena mempromosikan Bitcoin. Jadi
Bitcoin menjadi semakin banyak orang ngejar, semakin mahal, akhirnya dia dapat untung besar dari situ.
Misalkan, misalkan dengan cara seperti itu. Dia main di yang pasti-pasti, bukan
itu. Dia main di yang pasti-pasti, bukan yang main di spekulasi. Spekulasi itu
nanti uang cadangan, uang dingin, uang apa bisa buat spekulasi. Tapi untuk
kepastian kita jual sekopnya bukan cari emasnya. Cari emas kalau dapat kita
emasnya. Cari emas kalau dapat kita kaya. Kalau dapat maksudnya spekulasi.
kaya. Kalau dapat maksudnya spekulasi.
Tapi kita melihat ada banyak sekali orang yang nyari emas ya udah berarti kita jualan sekopnya.
Di Indonesia penambang yang kaya itu sebenarnya bukan penambangnya. yang kaya
itu adalah perusahaan-perusahaan yang meliputi penambang-penambang itu.
Yang nambangnya coba lihat yang nambang nikel itu, yang nambang emas itu, itu banyak yang fakir miskin yang ya yang kurus-kurus yang kayak gitu. Pas sudah
dapat emas, emasnya bukan diambil tapi emasnya disimpan di perusahaan, disimpan di mana, di mana. Nah, perusahaan itulah yang kaya rayanya yang udah
pasti-pastinya di situ, gitu. Jadi emm
kurang lebih itu cara agar kita tidak salah beradaptasi, Pak. Kita cari yang pasti aja di tengah kefomoan.
Berarti tetap ya kita harus ya kalau sekarang generasi yang sekarang berarti kan kuliah nih berarti tetap harus belajar.
Nah.
Nah.
Kuliah harus enggak?
Kuliah harus enggak? Misalkan misalkan
ya ada contoh. Misalkan ada contoh 10 orang paling kaya di Indonesia baru masuk S1 setelah dia kaya. Artinya tanpa
kuliah dia sebenarnya udah kaya. Rocky
Gerung suka ngatain sama teman-teman mahasiswa kapan do? Karena dia
menunjukkan S1 aja bisa jadi kayak dia ngadalin para profesor. Benar enggak
pernyataan dia?
Bisa benar bisa salah. Intinya gini.
Intinya gini.
Kalau kalian kuliah, kalau kalian kuliah untuk cari ijazah, kalian enggak akan sukses. Kalau kalian
kuliah untuk mengasah kemampuan diri itu kalian pasti sukses. Apa perbedaannya?
Perbedaannya gini. Siapa di sini yang kalau dikasih tugas sama dosen malah copy paste dari internet?
Banyak kayaknya enggak mau ngaku tuh.
Artinya itu kuliah untuk dapat ijazah.
Di mana proses berpikirnya? Dia dikasih
tugas sama dosen, kemudian copy paste dari internet enggak ada prosesnya, enggak ada proses berpikirnya. Dia ambil
chat GPT, enggak ada proses berpikirnya dia kemudian copy paste dari internet dan kemudian namanya diganti doang. Nama
penulis diganti jadi nama kelompok.
Artinya apa? Dia enggak berproses.
Kalau sudah seperti itu, dia enggak akan sukses di masa depan karena dia bakal dapat ijazah. Ijazah itu buat apa? Untuk
dapat ijazah. Ijazah itu buat apa? Untuk
membuat kita diperbudak sama korporat.
Tapi kalau kuliah saya ketemu sama dosen ini, enggak peduli saya nilainya segimana, enggak peduli tugasnya saya sempurna atau tidak. Yang penting otak saya berproses. Pas saya disuruh
saya berproses. Pas saya disuruh ngerjain tugas ini, saya ketik dari satu huruf per satu huruf. Saya pakai otak saya cari referensi, referensi,
referensi. Baca semuanya. Setelah baca
referensi. Baca semuanya. Setelah baca
kemudian kumpulkan, analisis, sintesiskan, jadikan itu ketikan. itu
orang sukses.
Tapi orang yang dikasih tugas copy paste kumpulkan, nanti pas presentasi baca PowerPoint.
Ada enggak di sini yang kalau presentasi masih baca PowerPoint? Jadi gini gini gini gini enggak akan sukses. Yang
sukses itu adalah yang dengan atau tanpa PowerPoint dia bisa. Sama seperti yang tadi. Sama seperti yang tadi. Dengan
tadi. Sama seperti yang tadi. Dengan
atau tanpa Bitcoin Timothy Ronald pasti sukses.
Dengan atau tanpa Tesla eh siapa Elen Mas itu pasti sukses karena dia perusahaannya apa aja. Dan orang-orang
paling kaya di dunia sering nantangin.
Sekarang duit saya hilangin sekarang.
Saya enggak pakai apapun. Saya cuman
butuh waktu kurang dari 1 tahun.
Penghasilan saya akan sama seperti sebelumnya. Karena apa? Aset itu di
sebelumnya. Karena apa? Aset itu di sini, bukan di ijazah. Jadi kalau
teman-teman sekarang kuliah untuk dapat ijazah, abaikan peluang kalian untuk jadi orang paling hebat di dunia. Tapi kalau kalian
menggunakan kuliah ini untuk mengasah pola pikir, mengasah nilai-nilai akademis, maka di situlah kalian layak
untuk berharap kalian akan mengetawi gaji dosen-dosen karena kalian punya penghasilan jauh lebih besar daripada itu. Sanggup nanti di masa depan
itu. Sanggup nanti di masa depan mentertawakan gaji Bapak? Jangan. Karena
gaji Bapak nanti ternyata lebih besar lagi.
Amin.
Dari Bitcoin.
Baik. Jadi kadang ee kalau di kelas nih, Kang Guru, jadi saya sering katakan itu tuh. Jadi kalau mau jadi sukses bukannya
tuh. Jadi kalau mau jadi sukses bukannya kita ngikut orang, bukan kita lihat yang fire terus kemudian kita ikutan gitu, tapi bagaimana kita memahami gimana prosesnya dia sukses.
Hm.
Jadi kebetulan saya ngajar pemrograman bikin coding gitu.
Nah, di kelas saya sering kasih tugas nih. Ini mahasiswa-mahasiswa saya sering
nih. Ini mahasiswa-mahasiswa saya sering kasih tugas nih. Nah, mereka itu seperti yang Kang Guru bilang tadi, yang penting tugas kumpul. Betul.
tugas kumpul. Betul.
Heeh. Pak, hargai atuh, Pak. Ini kan
saya sudah capek ngerjain hargain ya.
Padahal ciri khas chat GPT-nya ada.
Betul ya. Jadi ee sebenarnya kan memang kita
ya. Jadi ee sebenarnya kan memang kita tahu bahwa memang perkembangan itu kan sili berganti pasti berubah.
He.
Nah, cuma kan orang yang bertahan di zaman sekarang kan belum tentu sama seperti yang di zaman kita dulu.
Iya, gitu kan. Kalau dulu mungkin kita dengar
gitu kan. Kalau dulu mungkin kita dengar kata orang tua, "Udah ikutin aja kata ayah, kata ibu jadi dokter." Nah, jadi dokter sukses gitu karena dulu zamannya.
Betul.
Tapi dengan yang sekarang dengan perkembangan teknologi terutama AI ya belum tentu.
Belum tentu.
Makanya ada perkataan yang bilang bahwa orang yang menguasai AI bisa memanfaatkan AI dengan baik maka dialah bisa sukses.
Iya betul. Itu pertanyaan.
betul. Itu pertanyaan.
Betul. Untuk zaman sekarang teman saya punya penghasilan miliaran rupiah dari jualan AI.
Teman saya bikin nama masa AI nama perusahaannya. Iya di situ ya. Tapi
perusahaannya. Iya di situ ya. Tapi
seperti yang tadi saya katakan ee Jang Huan itu Jang Huang. Huang ya itu justru mengatakan nanti di masa depan ee EAI
itu bakal bertransformasi sehingga kita tuh enggak bisa lagi mengeksploitasi dia. Mungkin kita harus
mengeksploitasi dia. Mungkin kita harus berkolaborasi. Berkolaborasi bentuknya
berkolaborasi. Berkolaborasi bentuknya seperti apa kita belum tahu. Dan siapa
di sini? Saya mohon maaf, Pak. Siapa di
sini yang nanti masa depannya bisnis pangan?
bisnis pangan tuh bukan berarti bukan restoran, tapi peternakan, perikanan, pertanian itu. Nah,
itu. Nah, itu di masa depan berpotensi besar.
Karena apa? Karena ternyata kita tuh masih makhluk biologis, Pak.
Nah, yang disarankan oleh para ilmuwan justru adalah pertanian dan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Karena di masa depan lingkungan hidup kita tuh rusak parah, rusak, rusak parah.
Nah, karena rusak parah, yang paling dibutuhkan di masa depan dari lingkungan yang rusak parah itu apa? Orang-orang
yang ahli dalam lingkungan. Kayak
kemarin Sumatera kena siklon amblas ee puluhan triliun rugi. Belum lagi
nanti proses apanya? Jawa, OTW sekarang, Jawa Otwada seperti itu. Nah, yang
dibutuhkan siapa? Yang dibutuhkan bukan ahli coding, tapi yang dibutuhkan adalah ahli lingkungan. Nah, jadi sekali lagi
ahli lingkungan. Nah, jadi sekali lagi ini mah kita sekarang jago-jagolah beradaptasi
karena ee apa yang dibicarakan sekarang, oh nanti ke depan AI, nanti ke depan akuntan, nanti ke depan apa dan sebagainya itu belum tentu.
Mendingan ngikutin apa yang dilakukan oleh Jepang, Pak.
Oh, apa tuh?
Jadi Jepang itu kan mobilnya tuh bensin semua dulu tuh kan. Mobil bensin semua. Lalu
ketika ada mobil listrik, Jepang tuh enggak mengembangkan mobil listrik sampai dia tuh kesalib sama Cina sekarang tuh kan sama mobil listrik tuh.
Jepang paling banter tuh hybrid yang laku tuh. Tapi dia enggak enggak mau bersaing sama Cina dalam hal mobil listrik. Karena apa? Ternyata selama ini
listrik. Karena apa? Ternyata selama ini dia tuh melakukan penelitian 20 tahun lamanya enggak bilang-bilang ke orang bikin mobil hidrogen.
Jadi dia sekarang dia sekarang otw ngatain Cina, "Lu masih pakai mobil listrik ketinggalan zaman banget di kita. Mobil listrik tuh belum masif. di
kita. Mobil listrik tuh belum masif. di
Jepang udah dianggap ketinggalan zaman karena sekarang pakai hidrogen. Kalau
pakai listrik baterainya itu harus nambang dari Sulawesi, merusak lingkungan. Terus listriknya pakai batu
lingkungan. Terus listriknya pakai batu bara masih merusak lingkungan. Coba
pakai hidrogen, knalpot ada keluarnya apa? air
ya cuman gitu doang enggak hampir zero emisi. Hampir ya hampir zero emisi. Nah
emisi. Hampir ya hampir zero emisi. Nah
ini teknologi masa depan saking majunya ini sampai Warren Buffet memindahkan
sahamnya dari BYD ke mobil hidrogen. Ini
kalau ada investor kelas kakap sekakap-kakapnya memindahkan investasi ke situ. itu udah berarti masa depan
ke situ. itu udah berarti masa depan dunia tuh ke arah sana. Nah, Jepang tuh sabar. Jadi, dia itu tetap
sabar. Jadi, dia itu tetap mempertahankan kepemimpinan teknologi.
Enggak FOMO, mobil listrik. Ah, ikutan ikutan listrik
mobil listrik. Ah, ikutan ikutan listrik enggak? Hah? Listrik. Wah, kita harus
enggak? Hah? Listrik. Wah, kita harus ngembangin yang lebih hebat. Dan luar
biasanya apa, Pak? Amerika Serikat dan Korea sekarang sedang mengembangkan mobil yang bahkan lebih efisien lagi dari mobil hidrogen.
Nanti kita lihat sekarang kan masih ini.
Tapi k mereka tuh sedang berkembang.
Nah, kita belum STM STM kita aja masih ngajarin mobil listrik.
Dan luar biasanya apa? STM di Indonesia di antara semua sekolah STM di Indonesia adalah penyumbang pengangguran terbesar.
Betul. Setuju saya.
Iya. Ironi, Pak.
Ironi. Tapi itu yang terjadi.
Penyumbang pertama itu adalah STM. Kedua
apa? S1. Ya, S1. S1 yang formal aja.
Kemarin dari 7 juta lulusan kita cuman kebagian 700.000 yang masuk ke sektor formal.
Dari lulusan kampus itu kebanyakan kampus-kampus terkemuka. Sisanya ya kita
kampus-kampus terkemuka. Sisanya ya kita sebut wirausaha. Tapi semoga ee
sebut wirausaha. Tapi semoga ee teman-teman semua di sini, kalian semua di sini dengan cara apapun kalian mandiri secara finansial ya. Silakan
rencanakan masing-masing.
Oke. Baik
kita diskusikan.
Iya boleh.
Kayaknya kalau kita berdo ngobrol krik-krik sendiri, Mas.
Mungkin di antara teman-teman mahasiswa ada yang sudah mempersiapkan pertanyaan?
Yeah.
Loading video analysis...